Mengupas Gaya Bahasa Puisi Karya Chairil Anwar
Madiun- Senin(30/10/2017), Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun (PBSI WIMA) lagi-lagi mendapatkan undangan on air di Pro 1 99,7 FM Radio Republik Indonesia (RRI) Madiun. Kegiatan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia ini merupakan agenda rutin Prodi PBSI. Topik pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia kali ini membahas tentang “Gaya Bahasa dalam Puisi Karya Chairil Anwar” dipandu oleh penyiar RRI dengan narasumber Diani Febriasari, M.Pd. selaku dosen PBSI, Laras Pratiwi dan Yovina Putri Pamungkas selaku mahasiswa PBSI (Semester 7).
Dalam siaran pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia narasumber tertarik mengupas gaya bahasa puisi karya Chairil Anwar. Seorang penyair dengan julukan “binatang jalang” ini lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Karya-karyanya mampu memberikan sumbangan baru dalam perkembangan karya sastra khususnya puisi. Puisi-puisi ciptaannya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, serta tak jarang multi-interpretasi. Selama hidupnya, Chairil Anwar telah menulis 94 karya, termasuk 70 puisi. Karya puisi ciptaan Chairil Anwar paling terkenal yaitu, Aku,Karawang Bekasi, dan Diponegoro.
Pembahasan topik tentang gaya bahasa terinspirasi dari ketiga puisi Chairil Anwar yang terkenal itu. Dimulai dengan puisi “Karawang Bekasi” yang dibacakan oleh Diani Febriasari, M.Pd. kemudian dilanjut Laras Pratiwi membacakan puisi “Diponegoro”, dan yang terakhir puisi “Aku” oleh Yovina Putri Pamungkas. Seusai pembacaan dilanjut dengan menganlisis gaya bahasa pada puisi tersebut. Gaya bahasa merupakan pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh atau mengidupkan efek-efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Disinilah gaya bahasa puisi karya Chairil Anwar dikupas satu persatu, adapun gaya bahasa yang digunakan dalam puisi “Karawang Bekasi” ada personifikasi dan hiperbola, dalam puisi “Diponegoro” ada alegori, hiperbola, dan metonomia, sedangkan dalam puisi “Aku” ada alusio, sinestesia, alegori, dan simbolik.
Dengan adanya siaran pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia ini tentang topik “Gaya Bahasa dalam Puisi Karya Chairil Anwar” diharapkan pendengar terinspirasi untuk menulis sebuah karya sastra berupa puisi dengan gaya bahasa yang menarik seperti halnya gaya bahasa yang digunakan Chairil Anwar dalam penciptaan puisinya. (Yovina_PBSI_WIMA)